Industri outsourcing di Indonesia tengah memasuki fase pertumbuhan yang signifikan. Data terbaru memproyeksikan bahwa nilai pasar outsourcing nasional akan menembus Rp20,1 triliun pada tahun 2025, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan lima tahun lalu. Fakta ini menunjukkan bahwa outsourcing semakin menjadi strategi andalan perusahaan di berbagai sektor, mulai dari teknologi, layanan pelanggan, hingga sumber daya manusia (SDM).
Perjalanan industri outsourcing dalam lima tahun terakhir memperlihatkan konsistensi pertumbuhan. Pada tahun 2020, nilai pasar outsourcing di Indonesia masih berada di angka Rp10 triliun. Tahun berikutnya naik menjadi Rp11,5 triliun dengan pertumbuhan 1,5%.
Tahun 2022, nilainya bertambah menjadi Rp13,2 triliun dengan pertumbuhan 1,7%, dan semakin meningkat menjadi Rp15,2 triliun di tahun 2023 dengan pertumbuhan 2%. Tren ini terus berlanjut hingga 2024 yang mencatat Rp17,5 triliun dengan pertumbuhan 2,3%. Proyeksi 2025 menunjukkan lonjakan lebih tinggi, dengan nilai pasar diprediksi mencapai Rp20,1 triliun dan pertumbuhan tahunan sebesar 2,6%.
Kenaikan ini tidak lepas dari perubahan pola bisnis yang semakin mengedepankan efisiensi biaya, fleksibilitas tenaga kerja, serta percepatan digitalisasi.
Ada tiga faktor besar yang mendorong outsourcing semakin diminati:
Transformasi Digital Masif
Pandemi menjadi katalis utama digitalisasi di hampir semua sektor. Perusahaan kini membutuhkan tenaga ahli IT, software engineer, digital marketer, hingga analis data. Banyak perusahaan memilih alih daya karena lebih cepat dan hemat dibandingkan merekrut serta melatih tenaga kerja internal.
Efisiensi Biaya Operasional
Outsourcing dianggap solusi efektif bagi perusahaan untuk menekan biaya. Dengan model ini, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk gaji tetap, tunjangan, maupun pelatihan. Cukup membayar sesuai kebutuhan layanan.
Permintaan Tinggi pada Layanan Pelanggan dan IT
Sektor layanan pelanggan (customer service) dan teknologi informasi adalah dua bidang paling cepat tumbuh. Konsumen menuntut respons cepat 24/7, dan outsourcing memberikan fleksibilitas untuk memenuhi kebutuhan ini tanpa membebani operasional perusahaan.
Pertumbuhan outsourcing juga dipengaruhi oleh adanya upaya bersama dari pemerintah dan swasta. Menurut Nila Marita, Director and Head of External Affairs GoTo, baik pemerintah maupun sektor swasta telah meningkatkan investasi pada pengembangan keterampilan tenaga kerja Indonesia.
Banyak universitas kini bekerja sama dengan perusahaan besar untuk menyusun kurikulum berbasis kebutuhan industri. Dengan begitu, lulusan yang dihasilkan lebih siap kerja dan relevan dengan pasar outsourcing. Program pelatihan keterampilan digital, sertifikasi customer service, hingga pelatihan keamanan siber juga semakin masif.
Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengandalkan outsourcing sebagai strategi bisnis. Negara-negara seperti India dan Filipina sudah lebih dulu dikenal sebagai pusat outsourcing dunia, khususnya di bidang business process outsourcing (BPO).
Namun, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif berupa:
Populasi besar dengan tenaga kerja produktif.
Upah tenaga kerja yang relatif lebih rendah dibanding negara maju.
Infrastruktur digital yang terus berkembang.
Dengan modal ini, Indonesia berpotensi menjadi pemain besar dalam pasar outsourcing global.
Meski pertumbuhannya positif, industri outsourcing di Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya:
Kualitas SDM yang Belum Merata
Masih ada kesenjangan keterampilan antara tenaga kerja perkotaan dan daerah.
Regulasi Ketenagakerjaan
Kebijakan outsourcing di Indonesia sering menjadi perdebatan. Regulasi yang tidak konsisten bisa menimbulkan ketidakpastian bagi perusahaan.
Persaingan Regional
Indonesia harus bersaing dengan India, Filipina, dan Vietnam yang sudah lebih mapan dalam sektor outsourcing
Outsourcing tidak hanya bermanfaat untuk perusahaan besar. UMKM dan startup justru bisa mendapatkan banyak keuntungan dari model bisnis ini.
Startup dapat mengalihdayakan fungsi non-inti seperti akuntansi, HR, atau layanan pelanggan untuk fokus pada pengembangan produk.
UMKM bisa menggunakan outsourcing IT atau digital marketing dengan biaya terjangkau, tanpa harus mempekerjakan tim penuh waktu.
Dengan cara ini, perusahaan kecil dapat bersaing lebih efektif dengan pemain besar.
Jawabannya: tidak selalu. Outsourcing memang menawarkan efisiensi biaya dan fleksibilitas, tetapi tidak semua sektor cocok menggunakannya. Perusahaan yang bergerak di bidang riset strategis, pengembangan teknologi rahasia, atau layanan dengan tingkat kerahasiaan tinggi mungkin lebih baik menggunakan tenaga kerja internal.
Namun, untuk fungsi pendukung seperti customer service, IT support, sales, hingga operasional, outsourcing terbukti memberikan nilai tambah signifikan.
Dengan pasar yang diproyeksikan mencapai Rp20,1 triliun pada tahun 2025, outsourcing bukan lagi sekadar alternatif, tetapi sudah menjadi strategi penting dalam dunia bisnis modern. Pertumbuhan ini didorong oleh digitalisasi, kebutuhan efisiensi, serta meningkatnya permintaan layanan berbasis teknologi.
Meski masih ada tantangan, Indonesia berpeluang besar menjadi salah satu pusat outsourcing di Asia, asalkan terus memperkuat kualitas SDM dan memperjelas regulasi.
Bagi perusahaan, baik besar maupun kecil, outsourcing bisa menjadi solusi efisiensi yang membantu fokus pada bisnis inti sekaligus mengurangi beban biaya.
???? Bagaimana menurut Anda, apakah outsourcing bisa menjadi strategi utama bagi bisnis di masa depan?
IDStar. (2025, Juni 30). Statistik & Tren IT Outsourcing 2025: Apa yang Perlu diketahui Perusahaan?. IDStar. Disadur dari https://idstar.co.id/statistik-tren-it-outsourcing-2025/
Celerates. (2025, April 24). Masa Depan IT Outsourcing: Tren & Inovasi di 2025. Celerates. Disadur dari https://celerates.co.id/insight/masa-depan-it-outsourcing-tren-inovasi-di-2025
Yosie Rizkha Amaf. (2025, Januari 23). 5 Dampak Outsourcing bagi Perusahaan dan Solusinya. Gadjian. Disadur dari https://www.gadjian.com/blog/2025/01/23/dampak-outsourcing-bagi-perusahaan